Free download

    Serat Wedhatama Dan Terjemahannya Pdf 27

    Serat Wedhatama: Karya Sastra Jawa yang Mengajarkan Budi Luhur


    Serat Wedhatama: Karya Sastra Jawa yang Mengajarkan Budi Luhur

    Serat Wedhatama adalah sebuah karya sastra Jawa yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV, seorang penguasa dan pujangga dari Kadipaten Mangkunegaran pada abad ke-19. Serat Wedhatama berisi lima tembang macapat (pupuh) yang masing-masing terdiri dari 100 bait. Kelima pupuh itu adalah pangkur, sinom, pocung, gambuh, dan kinanthi.

    Serat Wedhatama memuat pesan-pesan yang mendorong manusia untuk berbudi luhur dalam bersikap dan bertindak. Serat ini juga mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa dan Islam yang menjadi latar belakang Mangkunegara IV. Serat Wedhatama merupakan salah satu karya sastra Jawa yang paling terkenal dan berpengaruh hingga kini. Naskah asli Serat Wedhatama disimpan di Perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran di Surakarta.

    Berikut adalah isi Serat Wedhatama beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia, seperti dikutip dari tirto.id :

    PUPUH I PANGKUR

    Mingkar-mingkur ing angkara/ akarana karenan mardi siwi/ sinawung resmining kidung/ sinuba-sinukarta/ mrih kretarta pakartining ilmu luhur/ kang tumrap ing tanah Jawa/ agama ageming Aji//
    
    Menghindar dari kejahatan, karena senang mendidik anak, Dibuat dalam bentuk nyanyian yang indah, Dibuat baik dan indah, Agar sejahtera pada perilaku ilmu luhur, yang diterapkan di tanah Jawa, Agama sebagai pegangan raja.
    
    Jinejer neng wedhatama/ mrih tan kemba kembanganing pambudi/ mangka nadyan tuwa pikun/ yen tan mikani rahsa/ yekti sepa sepi lir sepah asamun/ samangsane pakumpulan/ gonyak-ganyuk nglelingsemi//
    
    Dijelaskan dalam Wedatama, Agar tidak kendor dalam berusaha, Padahal walau tua renta, Kalau tidak mengetahui jiwa, Sungguh tidak enak seperti ampas tidak berguna, Di tengah-tengah perkumpulan, Hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
    

    PUPUH V KINANTHI


    PUPUH I PANGKUR

    Wruh warananing urip/ aywa sembrana ing kalbu/ yen tanpa wruh warana/ yekti tanpa wruh warana/ yekti tanpa wruh warana/ yekti tanpa wruh warana//
    
    Petuah agar waspada, artinya mengetahui penghalang dalam hidup (wruh warananing urip). Juga agar tidak lengah dalam hati (aywa sembrana ing kalbu). Kalau tanpa mengetahui penghalang (yen tanpa wruh warana), sungguh tidak akan berhasil (yekti tanpa wruh warana).
    

    Serat Wedhatama dan terjemahannya dapat diunduh dalam format PDF di sini Serat Wedhatama adalah salah satu karya Mangkunegara IV yang menunjukkan kecintaannya pada sastra Jawa dan kebudayaan Jawa. Mangkunegara IV lahir pada tahun 1811 dengan nama Raden Mas Sudira. Dia naik takhta sebagai penguasa Mangkunegaran pada tahun 1857 dan memerintah hingga tahun 1881. Selain sebagai penguasa, dia juga dikenal sebagai pujangga yang produktif dan berbakat. Dia menulis berbagai karya sastra Jawa, seperti Serat Warayagnya, Serat Wirawiyata, Serat Darmawasita, Serat Salokatama, dan Serat Paliatma.

    Serat Wedhatama ditulis dalam bentuk tembang macapat, yaitu salah satu jenis puisi tradisional Jawa yang memiliki aturan-aturan tertentu mengenai jumlah suku kata, guru wilangan (vokal akhir), guru lagu (irama), dan guru gatra (baris). Tembang macapat terdiri dari 11 jenis, yaitu maskumambang, sinom, asmaradana, durma, kinanthi, mijil, gambuh, dhandhanggula, pangkur, megatruh, dan pocung. Setiap jenis tembang macapat memiliki ciri khas dan makna tersendiri.

    Serat Wedhatama menggunakan lima jenis tembang macapat, yaitu pangkur, sinom, pocung, gambuh, dan kinanthi. Pangkur biasanya digunakan untuk menyampaikan nasihat atau petuah. Sinom biasanya digunakan untuk menyampaikan pujian atau sanjungan. Pocung biasanya digunakan untuk menyampaikan nasehat atau wejangan. Gambuh biasanya digunakan untuk menyampaikan cerita atau dongeng. Kinanthi biasanya digunakan untuk menyampaikan cinta atau asmara.

    Hi, I’m Adam Smith

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *